JAKARTA –Pemerintah mempercepat proyek pengganti LPG dengan Dimethyl Ether (DME). Proyek ini masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Perpres Nomor 109 Tahun 2020 dan menjadi prioritas utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi massal gas DME pada 2027. Langkah ini menekan impor LPG hingga 1 juta ton per tahun, menghemat devisa sekitar Rp 9,1 triliun, dan menarik investasi senilai 2,1 miliar dolar AS.
DME memakai batubara kalori rendah sebagai bahan baku utama dari dalam negeri. Gas ini memiliki karakter kimia dan fisika yang hampir sama dengan LPG. Karena itu, DME bisa memakai tabung, sistem distribusi, dan penyimpanan LPG tanpa perubahan besar.
Gas DME menyimpan nilai kalor 7.749 Kcal/Kg, sedangkan LPG mencapai 12.076 Kcal/Kg. Meski lebih rendah, DME memiliki massa jenis lebih tinggi sehingga memberikan rasio energi 1 banding 1,6 terhadap LPG.
Produsen energi dapat membuat DME dari biomassa, limbah, atau coal bed methane (CBM). Gas ini mudah terurai di udara, tidak merusak ozon, dan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20 persen.
Proses pembakarannya menghasilkan api biru yang stabil tanpa sulfur dan partikulat berbahaya (PM dan NOx). DME juga terbakar lebih cepat karena mengandung oksigen di dalam struktur kimianya (CH₃OCH₃).
Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pemerintah mengerjakan proyek gasifikasi batubara dengan modal dalam negeri.
“Kita tidak butuh investor asing. Pemerintah membiayai proyek ini lewat kebijakan Presiden yang memanfaatkan sumber daya nasional. Kita hanya butuh teknologi mereka,” kata Bahlil di Jakarta.
Sebelumnya, investor asal Amerika Serikat (Air Products) dan China mundur dari kerja sama. Namun Bahlil memastikan proyek tetap berjalan dengan dukungan penuh pemerintah dan swasta nasional.
Pemerintah mengembangkan proyek ini di Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Program gasifikasi ini menjadi bagian dari strategi besar hilirisasi energi nasional yang mencakup 26 sektor komoditas.
Bahlil menilai proyek DME mampu memperkuat ketahanan energi nasional, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan nilai tambah ekonomi.
“Investasi ini membuka lapangan kerja berkualitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional,” tegasnya.(lie)


















