JAKARTA – Madu bukan sekadar pemanis alami, tapi juga salah satu bahan makanan paling tahan lama di dunia. Bahkan setelah bertahun-tahun tersimpan, madu tetap aman dikonsumsi tanpa tanda-tanda busuk.Mengapa cairan manis ini bisa menantang waktu?
Jawabannya ada pada cara lebah memproses nektar bunga menjadi madu. Saat lebah mengisap nektar dari bunga, cairan itu sebenarnya mengandung banyak air—sekitar 70 hingga 80 persen. Tapi selama perjalanan kembali ke sarang, lebah mulai bekerja keras: mereka mengurangi kadar air sambil menambahkan enzim alami yang mengubah nektar menjadi lebih asam.
Setelah itu, lebah mengipasi nektar dengan sayapnya hingga airnya benar-benar berkurang. Proses ini menciptakan cairan pekat dengan kadar air hanya sekitar 15–18 persen, kondisi yang membuat bakteri dan jamur tidak bisa hidup di dalamnya.
Selain kadar air yang rendah, madu juga memiliki kandungan gula sangat tinggi dan tingkat keasaman yang kuat, dua hal yang membuat mikroorganisme pembusuk menyerah total. Begitu madu tersimpan di dalam sarang, oksigen pun hampir tidak ada—semakin memperkuat pertahanannya terhadap pembusukan.
Ketika madu akhirnya disimpan di dalam stoples, sifat alaminya tetap terjaga. Inilah alasan mengapa madu dari ribuan tahun lalu yang ditemukan di makam Mesir kuno masih bisa dimakan.
Namun, madu bukan berarti “tak bisa rusak sama sekali.” Begitu toples terbuka dan terkena udara lembap, madu bisa mengumpulkan air atau terkontaminasi jika sendok yang digunakan tidak bersih. Jadi, simpan madu di tempat sejuk dan kering, serta gunakan sendok kering setiap kali mengambilnya.
Kesimpulannya, madu tahan lama bukan karena sihir, melainkan karena rekayasa alami lebah—dengan kombinasi kimia, fisika, dan biologi yang sempurna. Mereka benar-benar ilmuwan kecil bersayap yang menciptakan cairan abadi.
Fakta Cepat
- Kadar air madu: 15–18% 
- pH madu: sekitar 3,9 (cukup asam untuk membunuh bakteri) 
- Ditemukan madu berusia lebih dari 3.000 tahun di Mesir masih layak konsumsi. (lie) 


















