JAKARTA – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan fakta mencengangkan: air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik. Temuan ini memperkuat bukti bahwa polusi plastik kini tak hanya mencemari laut dan tanah, tetapi juga telah masuk ke udara serta siklus hujan.
Hasil penelitian yang berlangsung sejak 2022 itu menunjukkan mikroplastik ditemukan di setiap sampel air hujan yang dikumpulkan di wilayah Jakarta. Para peneliti BRIN menyebut, partikel tersebut berasal dari berbagai sumber aktivitas manusia, mulai dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, hingga sisa pembakaran plastik yang terangkat ke udara.
“Temuan ini menandakan plastik sudah berputar di atmosfer dan turun kembali bersama hujan. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan,” kata salah satu peneliti BRIN yang terlibat dalam riset tersebut.
Para ahli menilai, mikroplastik di udara dapat terhirup oleh manusia dan masuk ke dalam sistem pernapasan atau pencernaan. Paparan jangka panjang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan serius seperti peradangan organ, stres oksidatif, hingga gangguan sistem imun.
Baca Juga : Bupati: Health Fair and Pharm Run 2025 Kali Pertama Digelar di Jambi
BRIN juga menjelaskan, partikel mikroplastik yang berukuran sangat kecil sulit terurai secara alami. Ketika terbawa angin, partikel ini bisa berpindah ratusan kilometer sebelum akhirnya turun bersama hujan. Fenomena tersebut menciptakan siklus baru pencemaran plastik di atmosfer.
Selain Jakarta, sejumlah kota besar di dunia juga mengalami hal serupa. Penelitian di Eropa, Amerika, dan Jepang mengonfirmasi keberadaan mikroplastik di hujan dan salju. Temuan global ini memperlihatkan bahwa plastik kini telah menjadi polutan universal yang menyebar tanpa batas geografis.
Pakar lingkungan mengingatkan, masyarakat perlu mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mulai beralih ke bahan ramah lingkungan. Pemerintah daerah juga diimbau memperkuat sistem pengelolaan sampah, terutama limbah plastik yang terbuka di area padat penduduk.
“Polusi mikroplastik di udara tidak bisa diatasi hanya dengan mengurangi sampah laut. Kita harus menekan sumber pencemar dari darat dan udara,” ujar seorang peneliti lingkungan BRIN.
Fenomena hujan mikroplastik menjadi sinyal bahaya baru bagi kesehatan publik dan keberlanjutan lingkungan. Tanpa langkah nyata, partikel plastik akan terus berputar dalam siklus udara, hujan, dan kehidupan manusia.(lie)