SKOTLANDIA — Misteri Monster Loch Ness atau “Nessie” terus memikat perhatian dunia meski hampir seabad berlalu sejak kemunculan pertamanya pada 1933. Sejumlah ekspedisi ilmiah, dari penggunaan sonar hingga teori aneh tentang gajah sirkus, belum juga menemukan bukti keberadaan makhluk legendaris itu.
Pada 1933, manajer hotel Aldie Mackay mengaku melihat sosok besar hitam di permukaan danau yang tenang. Kesaksiannya memicu kegilaan publik dan media hingga muncul sebutan “Monster Loch Ness”. Setahun kemudian, foto terkenal tahun 1934 yang menampilkan makhluk berleher panjang menjadi simbol mitos Nessie, sebelum akhirnya terbukti sebagai tipuan.
BBC melaporkan, pada 1987 tim ilmuwan meluncurkan Operasi Deepscan, menggunakan 24 kapal dengan peralatan sonar canggih senilai lebih dari Rp22 miliar. Mereka menelusuri 37 kilometer perairan Loch Ness untuk mencari tanda-tanda kehidupan raksasa di bawah danau. Hasilnya menunjukkan tiga kontak sonar yang menunjukkan adanya sesuatu yang besar, meski belum bisa dikonfirmasi sebagai monster.
Pemimpin proyek, Adrian Shine, menyebut hasil itu memberi semangat baru bagi pencarian Nessie. “Kalau pun itu ikan besar, para saksi tetap mendapat kebenaran,” katanya.
Peneliti Neil Clark dari Universitas Glasgow pada 2006 menilai penampakan Nessie pada 1930-an kemungkinan berasal dari gajah sirkus yang sedang berenang di danau, karena belalai dan punuk punggungnya tampak seperti makhluk besar di air.
Meski berbagai teori muncul, belum ada bukti ilmiah yang membenarkan keberadaan Monster Loch Ness. Namun, legenda itu tetap hidup dan terus menarik ribuan wisatawan ke dataran tinggi Skotlandia setiap tahun.
“Operasi Deepscan membuktikan satu hal,” tulis jurnalis BBC Clive Ferguson. “Anda tidak bisa membunuh legenda dengan sains.(lie)