KORIDORNEWS.ID, SUNGAIPENUH – Calon walikota Sungaipenuh Ahmadi Zubir tidak hanya menyindir rival politik di ajang pilwako Sungaipenuh. Calon nomor urut 1 ini juga menyindir era kepemimpinan bekas atasannya, Adirozal, Murasman hingga Fauzi Siin.
Sindiran terkait bahasa yang digunakan oleh pegawai di kantor itu dinilai sebagai sindiran bahwa Adirozal, Murasman dan almarhum Fauzi Siin memprioritaskan orang Siulak dan Sungaipenuh saat menjabat Bupati Kerinci.
Sehingga, bahasa pegawai kantor pemerintah era tiga bupati itu bukan menggunakan bahasa Indonesia akan tetapi menggunakan bahasa daerah masing – masing.
Era Bupati Kerinci Fauzi Siin menggunakan bahasa Sungaipenuh, era Murasman menggunakan bahasa Siulak hingga sekarang era Bupati Adirozal juga menggunakan bahasa Siulak.
Dalam orasi politik di Sungai Liuk, Ahmadi Zubir menyampaikan dalam bahasa Sungai Liuk:
“Yang berpikir untuk apu nulum abak Ruci bue, ingat, maku uho sulok ituh nak jadi bupati trauh itu piyao? Karno uho itu lah dapeak candu jadi bupati. Yang dapeak candu itu masyarakat (masyarakat siulak), masyarakat merasa dimudahkan,” ujarnya.
“Maaf, akau ngatao ngusi kayao inih, akau di kantor kabupaten, kepala dinas salah satu dinas yang adeo di kabupaten baru-baru ini. Kalu kamai di kantor itu bahasu sulok. Kalu duleu zaman Fauzi Siin di kantor bukan bahasa Indonesia, tetapi itu adalah bahasa sunge pnaoh,” sambung Ahmadi.
“Dan kitao ideak kitao mwu bahasa sungi liaok ideak. Yang penting kitao merata, semua dapat bagian,” katanya lagi.
Terjemahan Bahasa Indonesia
“Yang berpikir untuk apa membantu Ayah Ruci (panggilan Ahamdi Zubir di Sungai Liuk). Ingat, kenapa orang Siulak itu kecanduan jadi bupati itu kenapa? Karena orang Sulak sudah dapat candu jadi Bupati. Yang dapat candu itu masyarakat Sulak. Masyarakat merasa di mudahkan,” ujarnya.
“Maaf saya mengatakan kepada hadirin. Saya di kantor kabupaten, pernah menjadi kepala dinas salah satu dinas yang ada di kabupaten (Kerinci) baru – baru ini. Kalau kami di kantor itu bahasanya bahasa Sulak. Kalau dahulu zaman Fauzi Siin di kantor bukan bahasa Indonesia, tetapi menggunakan bahasa Sungaipenuh,” Sambung Ahmadi.
“Dan kita tidak membawa bahasa Sungai Liuk (jika terpilih jadi walikota dikantor tidak bawa bahasa daeranya). Yang penting kita merata, semuanya dapat bagian,” katanya lagi.
Adanya pernyataan sindiran terhadap kepemimpinan Bupati Kerinci asal Siulak dan era Fauzi Siin ini, dinilai Ahmadi menyindir bahwa era kepemimpinan asal Siulak dan Fauzi Siin kental dengan kolusi dan nepotisme saat menjabat Bupati Kerinci.
“Sebagai seorang calon pemimpin dan pernah menjadi bawahan dari tiga bupati Kerinci itu sangatlah tidak pantas Ahmadi Zubir mengatakan itu. Selaku PNS dia berkewajiban menjaga marwah pemerintah dan maswah bekas atasannya,” ujar Andi warga Kota Sungai Penuh. (*/mld)